About Me

Thesalonika Olga Valitha Briliane | 23 y.o | Indonesian | Swiftie | @__tukangmaido | Love Green, Like Mango | Jesus Christ

Kamis, 04 Agustus 2011

Adek Kelas? Gak Banget Deh! (part7)

Rinta ternyata masih terlalu bodoh untuk mengetahui Fano hanya menjadikannya sebagai bahan taruhan dengan teman-temannya. Dan Fano tentu saja menjadikan Diani sebagai bahan taruhan juga, yang masih berhubungan dengan Rinta.

SMS Receive!
Gimana ? Bisa gak lo jelasin ke Rinta ?
Inget perjanjian ! Kalo bisa , modif seminggu di bengkel gue . Kalo gak bisa , kembali ke taruhan awal pas lo jadian sama Rinta .
Ohya masalah Diani gimana ? Kalo lo sama dia belom ada sebulan , taruhan batal .

Kulit Rinta seakan berlubang di bagian telapak kaki, dan darahnya seolah mengalir keluar tubuhnya dari sana dengan kecepatan stabil. Hatinya seolah mati. Nila hanya memandangnya waspada. Fano menciut dan memasang tampang memelas.
Keparat! Batin Rinta.
Satu detik berlalu. Sebuah tamparan penuh emosi melayang ke pipi Fano dan meninggalkan bekas merah di sana.
Sakit hati yang sudah mulai mengering lukanya sekarang seperti dicungkil dengan paku secara paksa agar kembali menganga. Setelah satu tamparan perpisahan itu, Rinta melangkah keluar dengan agak menghentak lalu mengebut di jalan sampai ke rumahnya.

Sekarang dia di sini. Sendiri. Memeluk lututnya (meskipun itu percuma karena pinggangnya yang panjang membuat dia tidak bisa menyentuhkan keningnya ke lutut) dan terisak. Hanya terisak. Air matanya sudah lama kering.

Why? Do you always do this to me?
Why? Wouldn’t you just see it through me?
How come! You act like this, like you just don’t care at all
Do you expect me to believe, I was the only want to fall…

Dia bisa membayangkan wajah Fano yang sedang kebingungan karena kejadian tadi. Dia tidak peduli. Tamparannya tadi terlalu ringan jika dibandingkan dengan sakit yang merayapi hatinya sekarang. Perlahan, perlahan, dan begitu sampai di pusat, sakit itu langsung meremas hatinya tanpa ampun.
Dadanya sesak karena terlalu lama menangis. Matanya perih. Rambutnya berantakan. Wajahnya pucat. Entah bagaimana bisa Rinta yang begitu sempurna menjadi kacau hanya karena seorang laki-laki bajingan semacam itu.
Untuk pertama kalinya sejak dia membanting pintu kamarnya, Rinta menengadah guna melihat jam dinding kamarnya.
08.47 p.m
Sudah satu jam lebih dia hanya melakukan kegiatan tidak berguna.
Rinta memutuskan untuk berdiri dan melangkah ke meja komputernya. Kepalanya berdenyut seperti ditusuk belati secara perlahan dan di tarik seketika, terus berulang kali. Kedua tangannya terasa berat.

0 suara netizen:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More