Kaki turun. Memperlihatkan sepatu kets putih. Celana panjang, jeans biru muda yang pudar. Rinta memperhatikan ke bagian bawah. Sepertinya dia sudah kuliah. Orang itu sekarang berdiri tegak di depan Rinta.
‘Lo bisa bawa mobil gak sih? Liat tuh mobil gue bumpernya rusak gara-gara lo tabrak!’ tanpa menunggu angin lewat Rinta langsung meledak di tempat. Rinta mendelik ke mata cowok itu. Sekejap dia terkesiap saat melihatnya.
Ganteng, gilaak!
‘Lo tuh yang apaan! Lo pikir ini jalanan punya nenek lo? Kalo mau nyetir lemotnya kayak gitu jangan di tengah dong! Dipinggir kan bisa!’ laki-laki itu balik semprot ke Rinta. Membuat Rinta memundurkan wajahnya beberapa centi dari tempat semula.
Seketika egonya kembali menang.
Ini cowok ganteng-ganteng napa kayak buto ijo sih? Aaarh bodo amat ganteng! Dia tetep cowok brengsek dengan mobil brengseknya!
‘Eh? Elo yang salah napa lo yang marah-marah sih? Kalo mau ngebut napa gak ngelewatin mobil gue aja pake jalur kanan? Jalanan sepi begini juga! Lagian emang pas lo masuk ke jalan ini lo gak baca peringatan di depan? Kecepatan maksimal 40 km/jam!’ Rinta menekankan kata 40 km/jam di kalimatnya ‘Dan gue pake kecepatan 40 km/jam. Jadi lo mau di depan atau belakang gue harusnya lo juga sama kecepatannya kayak gue!’ Rinta kembali mendelik.
Tangannya berkacak di pinggang.
‘Ini lagi anak satu pake ribut segala! Ayo cepetan! Mama udah gak kuat nih!’ suara seorang wanita muda yang terdengar sayup dari jok tengah mengagetkan Rinta. Didengar dari nada suara wanita itu, sepertinya situasi berubah seketika jadi kritis.
‘Ya ampuuun, darahnya keluar makin banyak lagi. Milo! Ayo cepet!’ sekarang suara itu terdengar ketakutan dan horor.
Laki-laki yang dipanggil Milo itu memejamkan matanya selama dua detik. Telapak tangannya terkepal di samping tubuhnya. Setelah matanya terbuka perlahan, bibirnya terbuka, tapi tidak dengan rahangnya yang masih terkatup rapat, menonjolkan otot di pelipisnya ‘Urusan kita belum selesai.’ Bisiknya ke depan muka Rinta.
Jarak diantara mereka sekarang hanya 3 cm. Manik di mata Rinta yang memakai softlens berwarna merah itu sekarang terpaku ke manik coklat tua di depannya.
Angin usil menerpa mereka. Rinta dapat menghirup bau maskulin dari cowok bernama Milo di depannya itu. Jantungnya –entah kenapa— berdegup kencang. Satu detik terlewat. Rinta menelan ludah dan masih menatap manik coklat itu dengan khawatir.
Setelah pemuda itu mundur dan menjebret pintu mobilnya keras-keras, Rinta langsung melompat dan membuang nafasnya yang entah sejak kapan dia tahan. Klakson yang menjerit dari mobil yang dia gedor tadi membuatnya kembali melompat.
Egonya lagi-lagi bangkit. Ekspresi sebal yang beberapa detik yang lalu tenggelam sekarang kembali mengapung di permukaan wajahnya.
Dengan muka merah –yang entah karena faktor apa— kakinya bergeser ke pintu mobilnya dengan menghentak-hentak. Hatinya kembali dikecewakan akibat suara hentakan kakinya yang diredam secara sempurna oleh aspal yang dingin. Suara nafasnya yang menderu seperti debaran jantungnya dilibas oleh suara mesin mobil yang lewat dari belakangnya.
‘Dasar cowok brengseeek,’ Rinta mengumpat pelan. ‘Awas aja lo sampe ketemu gue lagi… abis lo sama gue…’ kedua tangannya terkepal di samping. Seluruh geraham atasnya tersentuh dengan yang ada di bawah. Kemarahannya luber kemana-mana. Padahal baru hari ini emosinya stabil karena senang atas kabar dari Andika yang sudah sadar. Tapi malamnya?
Rasanya Rinta ingin membuat cowok tadi terkapar di rumah sakit seperti kondisi Andika saat di bawa dari dalam ambulans ke UGD.
*~~~*
Ponsel Rinta berbunyi. LCDnya menampilkan angka 06.32 p.m
Receive message! From: Nila m3
“Temenin main yook”
Rinta berpikir sejenak. Tiba-tiba ada sms masuk satu lagi.
Receive message! From: Nila m3
“Ada yang mau ketemu lo . kenalan gue”
Tidak ada salahnya dia ikut. Toh setelah insiden dua malam yang lalu dia masih badmood saja di liburannya ini.
Mamanya? Di café untuk mengurus cathering pernikahan. Ayahnya? Tentu di Surabaya untuk mengurus cabang café mereka di sana dan tidak akan pulang sebelum satu minggu lagi. Ratih adiknya? Dia sedang ada di rumah temannya dan biasanya kalau liburan seperti sekarang dia akan menginap di sana.
Kondisi aman.
Rinta sesegera mungkin mengabari Nila kalau dia bisa datang. WS menjadi tempat mereka membuat janji untuk bertemu.
Secepat bernafas Rinta berganti baju dan mengambil kunci mobil dari tempatnya. Biar saja orang mengatakan dia keterlaluan karena masih kecil sudah membawa mobil sendiri. Yang pasti dia suka naik mobil dan tidak ada yang bisa merubah itu.
0 suara netizen:
Posting Komentar