About Me

Thesalonika Olga Valitha Briliane | 23 y.o | Indonesian | Swiftie | @__tukangmaido | Love Green, Like Mango | Jesus Christ

Jumat, 07 Desember 2012

Tanpa Dirimu, Aku Bukan Diriku Yang Sekarang


Aku masih ingat benar hari itu, disaat aku berdiri monyongsong harapan baru didepanku. Kakiku melangkah mantap kedepan tanpa ragu, siap menghadapi apapun yang menungguku didunia baruku...


Hey, its me again! Illia. Tapi sekarang umurku 16 tahun lebih 3 bulan :) Yeah well.. Aku telah melalui ulang tahunku yang ke-16 beberapa bulan lalu dengan kegalauan tingkat dewa. The Worst Fucking Birthday, absolutely.

Entah mengapa aku mengetik ini semua, sudah lama sejak terakhir kali aku menulis diary seperti ini. Mungkin ini semua karena lagi-lagi aku (read: ingatanku) kembali terhempas ke semua masa laluku.

Well, tidak mungkin aku melupakan hari itu. Detik dimana aku mendapati diriku diterima di Sekolah Baruku. Sejak detik itu datang, aku tahu hidup baruku telah tiba.

Tidak akan ada lagi Illia yang terus ditindas dan selalu mengekor keputusan semua orang yang berkuasa.
Tidak akan ada lagi Illia yang terus menunduk dengan langkah gontai diseret sebisanya.
Tidak akan ada lagi Illia yang selalu menjadi secret admirer tanpa bisa mempublikasikan hubungannya dengan seorang laki-laki secara gamblang didepan publik. Tidak akan ada lagi Illia yang lama.

Yang ada hanya aku.

Illia yang baru. Dengan dunianya yang baru.
Hari demi hari aku berhasil mengubah semua keadaan sesuai dengan keinginanku. Keinginanku tidak neko-neko kan? Aku hanya ingin mengubah diriku menjadi lebih baik.
Aku hanya ingin dihargai.

Lalu salah satu pengisi hidupku yang pertama sempat datang, walah tidak terlalu lama. Bahkan kami tidak menjalin hubungan apapun. Dia hanya menyatakan perasaannya kepadaku disaat classmeeting sekolah. Dan beberapa hari kemudian dia mengatakan kalau itu semua hanya bercanda. Aku melupakannya.

Beberapa hari kemudian (yah, beberapa hari kemudian. Tidak sampai satu minggu), orang lain datang, menawarkan kebahagiaan. Menawarkan harapan tinggi. Dia mengatakan dia memiliki perasaan kepadaku, tapi dia sendiri bingung karena disisi lain dia sedang menjalin hubungan dengan seorang perempuan yang juga satu sekolah dengan kami berdua. Aku tidak ambil pusing, aku hanya mengatakan kepadanya biar waktu yang menjawab. Untuk sementara kami hanya berteman, hingga akhirnya dia mulai berkontak dengan Ibuku. Haha, dasar orang gila, bisa-bisanya dia berpikir Ibuku adalah orang yang mudah untuk dibujuk dan dirayu. Bahkan aku yang telah menjadi anaknya selama 15 tahun belum pernah sekalipun berhasil mengubah keputusan Ibuku hanya dengan kata-kata manis. Dan akhirnya singkat cerita dia mematahkan hatiku dengan cara mengatakan bahwa semua perasaannya kepadaku hanyalah sebatas kagum, sebenarnya tidak lebih dari itu. Dan lagi, dia juga tidak pernah mengatakan ingin jadi kekasihku (padahal aku ingat betul dia mengatakan hal itu kepadaku berulang kali!). Aku marah, dan aku tidak berbicara kepada dia selama beberapa bulan. Sampai akhirnya kami berbaikan dan menjadi sahabat sampai sekarang. Bahkan kami sering menjadikan masa lalu kami sebagai bahan ejekan satu sama lain di beberapa kesempatan lol.



How? I hope you like this one like my story in the past.
Chapter 2 akan segera aku publish secepatnya :)

0 suara netizen:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More