About Me

Thesalonika Olga Valitha Briliane | 23 y.o | Indonesian | Swiftie | @__tukangmaido | Love Green, Like Mango | Jesus Christ

Selasa, 25 Desember 2012

Tanpa Dirimu, Aku Bukan Diriku Yang Sekarang *chapter 3


03 Januari 2012
Dia kembali mengontakku setelah beberapa hari aku lewati tanpa dia. Membuatku semakin sadar aku benar-benar tidak bisa kehilangan dia. Aku tidak bisa hidup tanpa dia.
Hingga di sore hari, saat aku dan teman-temanku sedang menunggu hujan yang tidak kunjung reda di ruang rapat kami di kantor sekolah, dia kembali mengontakku dengan nomor ponsel yang berbeda.
Inti dari percakapan kami saat itu adalah TAKE ME OR LEAVE ME. Percakapan itu berlanjut hingga malam hari, dan berakhir saat aku tertidur.
“Why? Do you always do this to me? Why? Wouldn’t you just see it through me...” aku mengirim sepenggal lirik. Panjang, memang. Tapi mungkin jika pertanyaanku yang aku lontarkan, bisa jadi aku mengirim jutaan pertanyaan malam itu.
“Because I want be special person in your life.” singkat. Padat. Dan bermakna penuh. Harusnya itu yang aku tangkap dari smsnya. Okay, grammarnya pun salah. Dia melupakan kata ‘to’ setelah kata want, dan huruf ‘a’ di sebelah kata ‘special’. Tapi maksudnya cukup jelas. Meskipun begitu aku masih ragu. Inikah yang aku mau? Inikah jawaban yang aku tunggu selama 10 menit terakhir? Hanya inikah? Aaarh! Bahkan aku tidak tahu apa yang aku inginkan! Shit!
Aku ingin berteriak! “Hey kau yang di sana! Apa kau tahu aku ingin kau jadi milikku? Aku inginkan itu! Ya! Kau menyangkanya? Tentu tidak! Tapi sayangnya aku tidak bisa :”
Dengan kebingungan yang luar biasa aku berpikir. Haruskah aku mengalah pada perasaanku yang semakin membebat hatiku dengan kencang? Haruskah aku mengalah pada semua yang telah aku rasa dan memilih dia? Aku tidak bisa berpikir. Bahkan pertanyaan itu hanya menggema dalam kepalaku tidak lebih dari 4 detik. Seluruh pertanyaan seperti film yang diputar di kepalaku. Keraguan tidak mau pergi dari benakku. Apa dia juga melakukan hal yang sama dengan perempuan lain? Apa dia juga mengirim sms dengan kata ‘sayang’ kepada wanita lain? Apa bukan hanya aku yang diperlakukan seperti ini? Oh Tuhan pikiranku kacau!
> ‘mengapa tidak kau terima saja dia?’
< ‘kau gila! Tidak mungkin aku menjalin hubungan dengannya! That’s impossible!’
> ‘dia baik. Dia mencintaimu. Dia perhatian denganmu. Dia lumayan. What’s wrong?’
< ‘dia sangat m.e.r.a.g.u.k.a.n. puas dengan jawabanku?’
> ‘tapi dia ingin membuktikannya bukan? Puas dengan pertanyaanku?’
Hatiku mulai berteriak dan berdebat.
< ‘aku tidak bisa percaya dengannya begitu saja. Terlalu banyak kesakitan.’
> ‘Tapi meskipun dia menyakitimu kau tetap menyayanginya -.-’
< ‘Ituuuu... pengecualian.’
Well, aku bingung. Apa yang benar dan apa yang salah. Mana yang benar dan mana yang salah. Siapa yang benar dan siapa yang harus ditendang. Bisakah aku mengakhiri ini semua? Mungkin mati bisa mengakhiri ini semua.
Di titik terakhir, aku mengatakan aku ingin sendiri tnapa diganggu siapapun termasuk dia. Entah mengapa aku mengatakan seperti itu. Mungkin (hanya mungkin) jika aku sendiri aku bisa mencari apa yang aku cari selama ini.
“I gotta go bed now. C yaa 2morrow” aku mengirim satu sms lagi. Benarkah aku melakukan ini semua? Kekalahanku sebentar lagi mungkin akan terlihat. Aku sudah bisa merasakannya datang.
“Neg ktmu ya.
Ini terakhir kali aq sms km ya.
Mkasi.”
Just it. Hanya itu yang aku terima saat aku akan tidur. Kekalahanku memang sudah mulai datang.

04 Desember 2012
Dengan beberapa alasan, aku membuka profilnya. Dan tanpa alasan, entah kenapa tubuhku terasa lumer ke bawah, leleh. Hilang. Apapun bahasanya mungkin akan sulit untuk menyamakan dengan keadaanku sekarang. Mulutku menganga. Dadaku terasa dimasuki oleh kompresor dan terasa sesak. Tubuhku lemas.
Aku melihat wallnya. Maaf jika aku tidak bisa mengatakan kepada kalian apa yang aku baca, mungkin terlalu frontal.
Apa aku akan menangis? Aku terlalu takut. Apa aku cemburu? Tidak mungkin. Bahkan dulu ketika dia menjalani hubungan lain dan meninggalkanku aku tidak pernah sekalipun cemburu. Tapi... I feel something new.
Apa aku takut kehilangan dia? Tuhan tolong, aku tidak siap untuk kehilangan dia. Aku tidak akan pernah siap.

06 Januari 2012
Apa ini yang disebut dengan ‘kata perpisahan’? Apa kata perpisahan-kata perpisahan yang lain juga seperti ini? Harusnya ini yang aku harapkan darinya sejak dulu, tapi mengapa aku justru merasa seperti pihak yang paling bersalah? Hello, God! I’m just an ordinary girl! I have an afraid feel, I have a- a-, yeah! Absolutely this is something. I don’t know what and I don’t know why.
“Semoga kamu bahagia dengan yang lain dan mungkin lebih baik” dikirim oleh nomer tidak dikenal. Tanpa nama. Tanpa penjelasan. Tanpa catatan. Hanya satu kalimat singkat yang entah mengapa terasa menohok ulu hatiku.
Hey! Aku harusnya senang bukan? Ini yang aku harapkan sejak dulu. Dia pergi. Aku kembali pada hidup lamaku. Dan kami bisa berpura-pura untuk tidak saling mengenal seperti dulu. Tapi mengapa yang aku rasakan justru berbeda dari yang aku harapkan? Sepertinya dunia telah berbalik dari mulanya.
Unspeakable. Just it. No more. Andai ada jarum di sini aku akan meledakkan dadaku sendiri agar aku bisa bernapas dengan normal.
Hah. Shit! Hidupku tidak pernah normal sejak dia masuk ke dalam hidupku yang indah! Sial!

07 Januari 2012, 09.00 a.m
“Jadi cewekku mau ya?” tanpa tedeng aling-aling dia langsung mengirim pesan seperti itu kepadaku. Setelah satu minggu penuh perjuangan untuk bernafas tanpa dia, apa ini yang dia mau?
Di satu sisi aku sedang bingung mengurus tugas OSISku yang bernafsu membunuhku. Aargh~
“Aku gak bisa jawab sekarang. Mungkin aku bisa minta waktu.” Aku menjawab dengan menggigit bibirku, aku hanya takut dia marah. Tunggu—
Bukannya biasanya saat dia menanyakan hal yang setema aku langsung menepisnya? Tapi kenapa sekarang aku memberi dia kesempatan? Ini aneh.
Mungkin aku harus mencari guru BKku dan mulai berkonsultasi, barang kali ada yang tidak beres dengan otakku.
“Iya gak apapa. Semangat ya ngerjain tugasnya.” Darimana dia tahu aku sedang mengerjakan tugasku?
Aku hanya menghembuskan nafas dan membuang muka dari LCD ponselku, dan aku mendapati seorang laki-laki yang telah merajai hatiku sedang duduk bersama teman-temannya didekatku dan teman-temanku dan seluruh berkasku di kantin. Sorot mata seorang stalker langsung tertangkap olehku. Kami saling bertukar pandang sebelum akhirnya aku kembali menunduk.
Dia memang tidak pernah tersenyum. Tapi entah mengapa justru itulah yang aku suka darinya.

08 Januari 2012, 09.52 a.m
Klik.
Ponselku membunyikan nada dering SMS. Aku melirik jam di dinding kamarku. Siapa yang mengirimiku pesan sepagi ini? Bahkan aku baru saja membuka mataku 10 menit yang lalu.
“Kelamaan nunggu jawaban dari kamu. Aku anggep kamu terima aku. Makasih sayang :*”
Aku langsung membuka mataku penuh-penuh. Am I dreaming? Sepertinya yang error bukan hanya aku disini.
Tuhan, sekarang aku harus bagaimana? Sekarang aku harus mengatakan apa? Aku bingung.
Satu lagi pertanyaanku. Apa sekarang aku sudah resmi menjadi milik orang?


TO BE CONTINUE

-------------------------------------------------------

Done!
How? Apakah terlalu pendek? Aku rasa iya. Maaf sebelumnya, tapi aku sendiri mengetik ini dengan terburu-buru beberapa hari sebelum natal tiba.
Btw, Merry Christmas for You All, May JBU ^_^

Jumat, 21 Desember 2012

Tanpa Dirimu, Aku Bukan Diriku Yang Sekarang *chapter 2

Hingga akhirnya pendaftaran Kandidat OSIS dibuka, aku ikut serta. Dan karena itu aku berhasil menjadi salah satu pengurus OSIS di Periode 2011/2012. Itu membuatku menjadi lebih dikenal di Sekolah Baruku. Tapi entah kenapa hatiku masih belum terpikat sampai saat itu.

Hingga akhirnya dia datang.
Memberi warna pada hidupku. Menyapa hatiku dengan caranya. Membuat senyumku lebih merekah tanpa aku sadari.


Aku tidak pernah membayangkan bahwa dia akan menjadi orang paling bermakna dalam hidupku. Aku juga tidak pernah membayangkan dia jugalah yang menghancurkannya...

02 Oktober 2011, dia menyapaku di jejaring sosial. Lalu kami mengobrol. Dia bertanya "Kamu Illia anak 10 RPL 1 ya?" dan aku membenarkan pertanyaannya dan menanyakan dia mengetahui fakta itu darimana. Ternyata dia satu jurusan denganku dan juga satu angkatan denganku! Oh God, bahkan aku belum pernah melihat dia walaupun hanya sekilas. Aku membuka foto profilnya sekilas, wajahnya seperti anak nakal pada umumnya. Mungkin karena aku belum mengenalnya, jadi aku beranggapan begitu.

Di sore hari dia mengirimi aku pesan. Dia meminta nomor ponselku dan berjanji tidak akan menyebarkannya. Well, apa ini firasatku saja atau ini memang terlalu cepat untuk memasuki tahap 'meminta nomor ponsel'? Hatiku yang paling kecil menjeritkan kata "JANGAN BRENGSEK! HAPUS PESAN ITU DAN ANGGAP SAJA KAU TIDAK KENAL DENGAN BAJINGAN INI!" sekuat tenaga, tapi aku hanya berpikir sebentar, lalu mengangkat bahu. Tidak ada ruginya menambah kenalan dari lain kelas, bukan?

Dan kami mulai saling berkirim pesan singkat. Di hari pertama (03 Oktober 2011) kami berkirim pesan singkat, dia sudah mengatakan perasaannya. Ya Tuhan, bahkan aku belum tahu dia itu siapa, dan dia sudah berani mengungkapkan perasaannya? Ini gila.

---------------------------------------------
"Statusmu kok galau semua sih? Baru putus yaa?" aku memulai mencari topik baru. "Gak baru juga sih, udah agak lama. Tapi galau lagi." "Sabar ya haha. Cari baru dong. Anak RPL 3 kan ceweknya cantik cantik." "Gak mau ah, aku maunya dari RPL 1 aja" degg, alarm dalam hatiku berbunyi keras. Sirene tanda bahaya bermunculan di sekitarku. "Haa? Sapa hayooh haha" "Sapaya? Gak tau. Kamu paling. Haha"
Oh Tuhan, entah kenapa aku melambung.


Dan kini semua terasa manis saat dikenang, sangat manis...

----------------------------------------------


02 Oktober 2011
Hari pertama aku menyadari keberadaan seseorang di dunia ini. Orang yang semula aku kira adalah orang biasa yang tidak akan pernah bisa mempengaruhi hidupku secuilpun.
Tapi ternyata aku salah.

Dia datang, dengan segala janji dan segala bujuk rayunya kepadaku. Kata-kata manis mengisi hariku, dan hatiku. Aku bersikuku dan membatu untuk tetap membatasi hubunganku dengannya sebagai sebatas teman. Well, jujur saja aku tidak pernah mengobrol dengannya, aku juga tidak pernah pergi bersama dia meskipun dalam gerombolan. Aku juga tidak pernah bertegur sapa dengan dia. Kami hanya berhubungan lewat pesan singkat.

Hingga pada akhirnya hatiku hancur untuk pertama kali, karena dia. Dia yang selalu aku banggakan, dia yang selalu aku kagumi. Dia yang selalu aku sayang…

27 Oktober 2011, aku mengetahui kenyataan bahwa dia tidak hanya mendekati aku, tapi juga temanku. Entah apa yang harus aku katakan. Ternyata memang benar pendapatku tentang laki-laki. Semua sama.

Aku memutuskan untuk mengakhiri segalanya sebelum terlambat, sebelum aku terjatuh lebih dalam. Andai semua berbeda, pasti sekarang status hubunganku sudah bukan lagi LAJANG. Shit!

Berhari-hari aku benar-benar tidak berkontak lagi dengannya. Hingga pada akhirnya dia mengirimiku pesan singkat dan hatiku luluh. Kami kembali dekat, bahkan perasaanku lebih tidak terkendali daripada sebelumnya. Aku mulai mengakui bahwa aku jatuh cinta. Hatiku telah memilih dia dari sekian banyak pilihan yang ada. Jangan salah, aku sudah menyadari bahwa aku telah jatuh hati kepada dia sejak lama, tapi aku tidak ingin mengakuinya bahkan meskipun itu hanya kepada diriku sendiri.

Kami semakin dekat dan dekat. Kontan opini kontra dengan hubungan ini semakin membanjiriku. Sahabat, teman, kenalan, saudara, semua orang menentang kedekatanku dengan dia.

“Dia rusak. Kamu kan tahu Adi orangnya kayak gimana! Masa iya kamu mau pacaran sama orang kayak gitu?” sahabatku memprotesku setengah mati saat kami sedang dalam line telepon.

“Aku gak pacaran kok. Aku juga udah tahu dia kayak gimana, tapi ya gimana lagi? Namanya juga udah kadung sayang.” Aku hanya menjawab pasrah. Tapi memang benar, kan? Namanya juga sayang.

“Gimana kalo ada apa-apa?” dia terdengar benar-benar serius. Apa aku menangkap rasa khawatir dalam kalimatnya?

“Hahaha, ada apa-apa gimana coba?” aku pura-pura tidak mengerti. Padahal itu memang ketakutanku yang utama.

“Kamu tahu cara pacaran anak RPL 3 yang cowok kayak gimana aja. Bong, please! Kamu tahu apa yang aku maksud!” Fatih tetap bersikeras.

Hening.

“Bong?” dia kembali memanggil dari ujung sana.

“Aku gak bisa tanpa dia, dok.” Aku mengatakan yang sejujurnya

*Bong, adalah kependekan dari keCEBONG. Panggilan sayang dari sahabatku Fatih.
*Dok, adalah kependekan dari KODOK. Panggilan sayang dari aku untuk dia.

Dan semua orang yang menentangku lama kelamaan tumbang satu per satu. Tumbang bukan berarti mereka langsung menyetujui apa keputusanku. Tapi tumbang disini berarti mereka sudah lelah menyadarkanku.

Sampai pada akhirnya di suatu malam dia memohon diriku untuk menjadi miliknya (untuk yang ke sekian kalinya). Dan (untuk yang ke sekian kalinya) aku kembali menolaknya. Bukan karena aku hanya mempermainkan dia, aku hanya ragu.

Dan keraguanku terbayarkan. Tepat keesokan harinya aku mendapati dia telah menjalin hubungan dengan seseorang yang juga satu sekolah dengan kami.

Yang ada dalam pikiranku saat itu hanya aku ingin mencari palu gada, lalu berlari ke arahnya, dan mengarahkan palu itu ke dadanya. Agar dia tahu bagaimana perasaanku sekarang.

Berminggu-minggu kami tidak berkontak lagi (seperti dulu). Tidak ada ucapan selamat tinggal. Tidak ada ucapan sampai jumpa. Hilang tak berbekas.

Dan (seperti dulu) dia kembali datang. Dengan segala kekurangannya dia menghampiriku kembali, setelah apa yang dia lakukan. Ya, dia datang. Tanpa permintaan maaf, tanpa rayuan. Hanya dengan satu kalimat “aku kangen.” dan aku kembali terjerat. Jauh lebih dalam.

Dan aku sadar aku memang benar-benar tidak bisa lepas darinya.

Aku sadar dia telah dimiliki oleh orang lain, tapi di sisi lain aku tidak bisa pergi dari situasi ini. Aku nyaman saat aku sedang bertukar pesan dengan dia di malam hari. Senyumku selalu mengembang saat aku melihat namanya muncul di layar ponselku atau saat aku melihat sekelebat bayangannya disekitarku.

Dan disetiap senyuman itu datang, kesedihan seperti tidak tinggal diam. Setiap ada bayangan dan namanya, kalimat “Dia telah dimiliki orang lain brengsek!” selalu terngiang. Damn! Hidupku tidak pernah tenang sejak dia masuk kedalamnya dan mengubah alurnya.


Setiap malam selalu menjadi ‘galaunite’ bagiku. Ucapkan terima kasih kepada dia yang melakukan ini semua. Dilema berputar disekitarku. Antara pergi atau tinggal. Antara bertahan atau menyerah. Antara maju atau mundur.
Hah. Dimana kau yang dulu Illia? Ini mudah bukan? Ini bukan pilihan yang sulit kok. Ayolah…

Hatiku mengingatkan. Yeah, ini bukan pilihan yang sulit, bahkan terhitung sangat mudah. Tapi dia yang membuat ini semua menjadi sulit.

“Gimana bisa aku nerima kamu? Nasibnya pacarmu gimana nanti?”

“Kalo aku mutusin pacarku kamu mau jadi pacarku?”

Oh God, satu korban. Aku mengigit bibirku. Satu pilihan kembali muncul, antara ya dan tidak.
10 menit, dan dia kembali mengirimiku pesan singkat.
“Aku putus.”

What the Heck! Apa maunya yang sebenarnya? Aku bahkan belum menjawab Ya atau Tidak.

Tapi keesokan harinya aku mendapati status hubungannya di jejaring sosial masih berpacaran. Tuhan tabahkan aku…

3 kejadian seperti itu berturut-turut. Dan selalu ketahuan olehku. Sampai pada akhirnya aku memenangkan satu permintaan dari taruhan kami. Aku meminta dia pergi menjauh. Kita mulai kehidupan baru. Pura-pura tidak pernah saling mengenal. Dan melanjutkan kehidupan sendiri-sendiri.

Dia mengiyakan. Hatiku teriris detik itu juga. Tuhan, tolong aku…

Sekitar awal Januari, aku mengetahui fakta dia benar-benar mengakhiri hubungannya yang baru berumur sebiji jagung itu. Dan lagi, aku mendapati fakta bahwa perempuan itu telah mengetahui hubunganku dengan dia. Seketika jantungku berhenti.

“Jangan bilang statusnya Dessi buat aku?” itulah pertama kalinya aku menyebut nama perempuan itu dipesan kami. Itu jugalah pertama kalinya aku mengirimi dia pesan terlebih dahulu.

“Bukan, itu buat anak kelas 12 yang udah aku anggep kakakku sendiri.”


Aku sedikit tenang. Semua kata-katanya selalu aku percayai walau aku tahu itu semua palsu.




TO BE CONTINUE

Rabu, 12 Desember 2012

Wild World by Mr. Big


Now that I've lost everything to you
You say you want to start something new
And it's breaking my heart you're leaving
Baby I'm greaving

But if you wanna leave take good care
Hope you have a lot of nice things to wear
But then a lot of things turn bad out there

Oh baby baby it's a wild world
It's hard to get by just upon a smile
Oh baby baby it's a wild world
I'll always remember you like a child girl

You know I've seen a lot of what the world can do
And it's breaking my heart in two
'Cause I never want to see you sad girl
Don't be a bad girl

But if you wanna leave take good care
Hope you have a lot of nice things to wear
But just remember there's a lot of bad and beware

Oh baby baby it's a wild world
It's hard to get by just upon a smile
Oh baby baby it's a wild world
I'll always remember you like a child girl

Baby I love you,
But if you wanna leave take good care
Hope you have a lot of nice things to wear
But just remember there's a lot of bad and beware

Oh baby baby it's a wild world
It's hard to get by just just upon a smile
Oh baby baby it's a wild world
I'll always remember you like a child girl

Wild World by Mr Big

Jumat, 07 Desember 2012

Tanpa Dirimu, Aku Bukan Diriku Yang Sekarang


Aku masih ingat benar hari itu, disaat aku berdiri monyongsong harapan baru didepanku. Kakiku melangkah mantap kedepan tanpa ragu, siap menghadapi apapun yang menungguku didunia baruku...


Hey, its me again! Illia. Tapi sekarang umurku 16 tahun lebih 3 bulan :) Yeah well.. Aku telah melalui ulang tahunku yang ke-16 beberapa bulan lalu dengan kegalauan tingkat dewa. The Worst Fucking Birthday, absolutely.

Entah mengapa aku mengetik ini semua, sudah lama sejak terakhir kali aku menulis diary seperti ini. Mungkin ini semua karena lagi-lagi aku (read: ingatanku) kembali terhempas ke semua masa laluku.

Well, tidak mungkin aku melupakan hari itu. Detik dimana aku mendapati diriku diterima di Sekolah Baruku. Sejak detik itu datang, aku tahu hidup baruku telah tiba.

Tidak akan ada lagi Illia yang terus ditindas dan selalu mengekor keputusan semua orang yang berkuasa.
Tidak akan ada lagi Illia yang terus menunduk dengan langkah gontai diseret sebisanya.
Tidak akan ada lagi Illia yang selalu menjadi secret admirer tanpa bisa mempublikasikan hubungannya dengan seorang laki-laki secara gamblang didepan publik. Tidak akan ada lagi Illia yang lama.

Yang ada hanya aku.

Illia yang baru. Dengan dunianya yang baru.
Hari demi hari aku berhasil mengubah semua keadaan sesuai dengan keinginanku. Keinginanku tidak neko-neko kan? Aku hanya ingin mengubah diriku menjadi lebih baik.
Aku hanya ingin dihargai.

Lalu salah satu pengisi hidupku yang pertama sempat datang, walah tidak terlalu lama. Bahkan kami tidak menjalin hubungan apapun. Dia hanya menyatakan perasaannya kepadaku disaat classmeeting sekolah. Dan beberapa hari kemudian dia mengatakan kalau itu semua hanya bercanda. Aku melupakannya.

Beberapa hari kemudian (yah, beberapa hari kemudian. Tidak sampai satu minggu), orang lain datang, menawarkan kebahagiaan. Menawarkan harapan tinggi. Dia mengatakan dia memiliki perasaan kepadaku, tapi dia sendiri bingung karena disisi lain dia sedang menjalin hubungan dengan seorang perempuan yang juga satu sekolah dengan kami berdua. Aku tidak ambil pusing, aku hanya mengatakan kepadanya biar waktu yang menjawab. Untuk sementara kami hanya berteman, hingga akhirnya dia mulai berkontak dengan Ibuku. Haha, dasar orang gila, bisa-bisanya dia berpikir Ibuku adalah orang yang mudah untuk dibujuk dan dirayu. Bahkan aku yang telah menjadi anaknya selama 15 tahun belum pernah sekalipun berhasil mengubah keputusan Ibuku hanya dengan kata-kata manis. Dan akhirnya singkat cerita dia mematahkan hatiku dengan cara mengatakan bahwa semua perasaannya kepadaku hanyalah sebatas kagum, sebenarnya tidak lebih dari itu. Dan lagi, dia juga tidak pernah mengatakan ingin jadi kekasihku (padahal aku ingat betul dia mengatakan hal itu kepadaku berulang kali!). Aku marah, dan aku tidak berbicara kepada dia selama beberapa bulan. Sampai akhirnya kami berbaikan dan menjadi sahabat sampai sekarang. Bahkan kami sering menjadikan masa lalu kami sebagai bahan ejekan satu sama lain di beberapa kesempatan lol.



How? I hope you like this one like my story in the past.
Chapter 2 akan segera aku publish secepatnya :)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More