About Me

Thesalonika Olga Valitha Briliane | 23 y.o | Indonesian | Swiftie | @__tukangmaido | Love Green, Like Mango | Jesus Christ

Kamis, 27 Agustus 2015

Not Only Mine #1

Jika memang empunya hati tak dapat memilih, izinkan aku terdiam tanpa menuntut.
Jika memang empunya hati terus mencabangkan diri, biarlah tetap begitu dan kuatkan cabangnya.
Hanya jika kau memintaku untuk memotongnya, aku akan memotongnya. Meskipun akhirnya akan ada darah disana. Akan ada pesakitan di salah satu semangnya. Tapi biarlah yang lain semakin membaik dan berbahagia, karena sang benalu telah tiada.

Bukan saja sebuah kisah biasa yang melibatkan dua insan manusia. Yang tersakiti dan saling menyembuhkan. Yang meninggalkan dan ditinggalkan. Yang saling mencinta dan bercinta bersama.
Tapi tentang dua belah pihak, yang sama sama tidak menginginkan ini semua terjadi. Tapi hati siapa yang tahu? Ini semua terjadi begitu saja. Tanpa diinginkan. Tanpa diminta.

Akukah yang salah? Ketika aku berdiam diri saat dia menggodaku. Bukankah seharusnya aku menghardik dia agar segera pergi kembali ke sarangnya dan tertidur lelap disana? Tapi kenapa justru aku beri dia makan dan membelainya lembut? Kenapa justru aku membuat dia seolah menemukan rumah baru untuk singgah?
Diakah yang salah? Ketika sang ratu tidak lagi memberikan kenyamanan kepadanya. Dan dia mencari kenyamanan di tempat lain. Seketika dia bertemu denganku. Dia tahu peduli macam apa yang aku tawarkan jika dia memilihku. Dan dia memilih untuk berdiam lebih lama. Pergi dari sarang dan bertemu tuan putri di kedalaman hutan.

Dosakah ini semua? Ketika anak manusia tidak berdosa ikut menanggung akibat dari pemberontakan. Dosakah jika aku benar benar membuatnya jatuh cinta dan bertekuk lutut kepadaku? Dosakah jika pada akhirnya hatinya sepenuhnya menjadi milikku?

Tapi untuk apa? Bahkan sekalipun dia jatuh ke dalam pelukan, dia tetap tidak akan menjadi milikku sepenuhnya. Dia akan tetap pulang kembali ke sarangnya. Bukan kemari.

Setiap hari percakapan terhenti di angka 21.00. Dan akan berlanjut di pagi hari pukul 10.00. Diluar itu? Kami seakan tidak saling mengenal.

Aku tidak mempermasalahkan itu semua. Aku menghargai usahanya untuk menjaga perasaanku dengan caranya sendiri.
Tapi ketakutan dari dalam diriku sendiri menelanku bulat bulat. Tidak akankah dia pergi? Tidak akankah ini akan berakhir dengan cepat? Tidak akankah dia menghilang tanpa jejak?

Aku mengatakan kepadanya bahwa aku takut untuk melangkah lebih jauh. Aku takut ketika aku melangkah lagi dan akhirnya dia pergi. Tapi dia mengatakan kepadaku agar aku tenang dan percaya kepadanya. Agar aku tidak takut dan terus melangkah ke dalam pelukannya. Dan aku percaya. Aku melangkah ke depan. Berkonsentrasi pada satu tujuan. Dia.
Tapi kemana dia pergi? Sedetik yang lalu dia masih disini tersenyum kepadaku dan membentangkan tangannya. Tapi kenapa dia menghilang bagaikan ditelan asap dan menyatu dalam kabut? Aku bingung. Tersesat. Aku mencari tapi tidak menemukan apapun. Aku terpuruk seorang diri. Dia pergi.

Mungkinkah dia pergi selamanya? Hanya datang ketika lapar dan pulang ketika kenyang? Hanya waktu yang bisa menjawab semuanya. Sambil menunggu, aku terus mencari jalan untuk pulang.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More